- Sebuah penerjemahan kisah cinta nyata seseorang -
Bisa dibilang aku suka kamu dari pandangan pertama.
Dari belum tau apapun tentangmu, sampai akirnya penasaran dan mencari tau banyak tentang dirimu.. lalu ujung-ujungnya... cinta mentok. (Istilah cinta mati udah pasaran.. Mentok aj ahh..) :P
Yes mentok. Ga bisa dah pindah ke lain hati. Disuguhi yg lainnya pun kutolak dengan yakin. Yakin banget. Bahkan mungkin hingga ajal. Serius.
Bahagiaaa banget gitu tau aku dan kamu cocok satu sama lain. Setidaknya dari sudut pandang penilaianku. Ya, kamu memang untukku dan begitu juga sebaliknya. Syukur banget aku sudah bisa menemukan dan yakin dengan pilihanku jauh sebelum mereka -- teman-temanku dalam pencarian tuk' menemukan pilihan terbaik mereka.
Kalau dihitung dengan angka, aku sudah mengenalmu dari 5 tahun yang lalu. Dan tiga tahun belakangan lah yang menjadi puncak rasaku untukmu. Puncak kecintaan yang semakin mendalam dan tak terkalahkan, hingga puncak kebosananku padamu. Maaf, tapi aku harus mengakuinya, aku bosan denganmu.
Sekarang aku semakin tak bisa merasakan keindahan apapun darimu. Di mataku, kamu hanyalah sepenggal kisah yang telah menyita hidupku dari 5 tahun lalu. Ternyata OH Ternyata. Maaf. Seharusnya aku tidak layak menyesali apapun dalam hidupku. Tapi inilah perasaanku saat ini.
Aku tidak tau apakah alasanku menyesalimu dalam hidupku adalah sepele atau tidak.
Jika sepele, mungkin aku tidak boleh menutup kemungkinan untukmu kembali padaku.
Jika sepele, mungkin aku akan menyesali penyesalanku ini.
Dan jika sepele, seharusnya kamu mampu merubah semua keburukanmu yang telah berakibat padaku sampai kini.
Baiklah, mungkin benakmu akan menyimpulkan bahwa aku picik karena terlalu cepat menyimpulkan akhir dari suatu hubungan. Maka, beri aku kesempatan untuk menjelaskannya dengan sangat rinci sekarang...
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku terjaga dari pagi buta hingga kembali pagi buta?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu memaksaku untuk menyudutkan temanku yang tak bersalah demi membelamu?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu mengajariku bahwa kebohongan adalah jalan keluar terbaik?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu berkata kepadaku bahwa fitnah itu tidak kejam?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu meyakinkanku bahwa cari muka adalah hal yang wajib dilakukan untuk bertahan di pergaulan?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu memaksaku bergaul dan bergumul sepanjang hari, hanya dengan komputer dan kursi yang menyakitiku pantatku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu merasa pekerjaanmu lah yang akan membahagiakan orang banyak?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu merasa kamu lah yang terutama dan aku yang kedua?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku tak ada lagi waktu bahkan untuk diriku? Kesehatanku? Kesenanganku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku menjauh dari keluargaku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku terisolasi dari teman-temanku, yang notabene memang pantas disebut teman olehku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu menjadikanku bukan apa adanya aku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku selalu dan semakin merasa kecil di matamu?
Bisa dibilang aku suka kamu dari pandangan pertama.
Dari belum tau apapun tentangmu, sampai akirnya penasaran dan mencari tau banyak tentang dirimu.. lalu ujung-ujungnya... cinta mentok. (Istilah cinta mati udah pasaran.. Mentok aj ahh..) :P
Yes mentok. Ga bisa dah pindah ke lain hati. Disuguhi yg lainnya pun kutolak dengan yakin. Yakin banget. Bahkan mungkin hingga ajal. Serius.
Bahagiaaa banget gitu tau aku dan kamu cocok satu sama lain. Setidaknya dari sudut pandang penilaianku. Ya, kamu memang untukku dan begitu juga sebaliknya. Syukur banget aku sudah bisa menemukan dan yakin dengan pilihanku jauh sebelum mereka -- teman-temanku dalam pencarian tuk' menemukan pilihan terbaik mereka.
Kalau dihitung dengan angka, aku sudah mengenalmu dari 5 tahun yang lalu. Dan tiga tahun belakangan lah yang menjadi puncak rasaku untukmu. Puncak kecintaan yang semakin mendalam dan tak terkalahkan, hingga puncak kebosananku padamu. Maaf, tapi aku harus mengakuinya, aku bosan denganmu.
Sekarang aku semakin tak bisa merasakan keindahan apapun darimu. Di mataku, kamu hanyalah sepenggal kisah yang telah menyita hidupku dari 5 tahun lalu. Ternyata OH Ternyata. Maaf. Seharusnya aku tidak layak menyesali apapun dalam hidupku. Tapi inilah perasaanku saat ini.
Aku tidak tau apakah alasanku menyesalimu dalam hidupku adalah sepele atau tidak.
Jika sepele, mungkin aku tidak boleh menutup kemungkinan untukmu kembali padaku.
Jika sepele, mungkin aku akan menyesali penyesalanku ini.
Dan jika sepele, seharusnya kamu mampu merubah semua keburukanmu yang telah berakibat padaku sampai kini.
Baiklah, mungkin benakmu akan menyimpulkan bahwa aku picik karena terlalu cepat menyimpulkan akhir dari suatu hubungan. Maka, beri aku kesempatan untuk menjelaskannya dengan sangat rinci sekarang...
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku terjaga dari pagi buta hingga kembali pagi buta?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu memaksaku untuk menyudutkan temanku yang tak bersalah demi membelamu?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu mengajariku bahwa kebohongan adalah jalan keluar terbaik?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu berkata kepadaku bahwa fitnah itu tidak kejam?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu meyakinkanku bahwa cari muka adalah hal yang wajib dilakukan untuk bertahan di pergaulan?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu memaksaku bergaul dan bergumul sepanjang hari, hanya dengan komputer dan kursi yang menyakitiku pantatku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu merasa pekerjaanmu lah yang akan membahagiakan orang banyak?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu selalu merasa kamu lah yang terutama dan aku yang kedua?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku tak ada lagi waktu bahkan untuk diriku? Kesehatanku? Kesenanganku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku menjauh dari keluargaku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku terisolasi dari teman-temanku, yang notabene memang pantas disebut teman olehku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu menjadikanku bukan apa adanya aku?
Apa aku masih pantas mencintaimu, kalau kamu membuatku selalu dan semakin merasa kecil di matamu?
---------------------------------------------------------------------------------------
Aku pernah memberimu cinta, bahkan seluruh umur, cita, dan juga asa dalam hidup, pernah kurencanakan bersamamu. Pernah. Dulu.
Sekarang? Aku rasa kamu tak pantas lagi mendapat cinta sementok itu.
Tahukah mengapa? Ini semua karena efek samping terlalu mencintaimu.
Kamu boleh menyumpahi aku akan menyesali semua keputusan ini. Itu hak-mu. Dan hak-ku juga untuk berharap nantinya aku akan sangat mensyukuri, pernah mengalamimu hanya dalam waktu yang untungnya tidak terlalu lama menyita hidup dan kebahagiaanku.
Tidak ada yang mampu memastikan hak siapa yang paling masuk akal menjadi kenyataan. Cuma Tuhan pastinya yang berhak.
Pada akhirnya, jika kamu dan aku adalah cinta, antara akulah yang harus menerima apa adanya kamu -- karena aku yakin kamu takkan mau berubah hanya untukku... atau kamulah yang merelakanku pergi dengan doa keberhasilan dan kebahagiaan untukku.
Sekalipun nanti kamu bukan milikku. Begitu juga aku, bukan lagi untukmu...
Terima kasih pernah mengizinkanku mencintaimu.
Gila len.... Ini lu yg nulis...??? Wuih... menyentuh sekali....
ReplyDeleteTapi yach... Gua aga2 kurang setuju ama quote "cinta tak harus memiliki"... Buat gua, cinta itu harus memiliki dunkz... Egois sech mang... Cuma kalo ga memiliki ngapain musti dicintai... Ya ga..??? hehehehehehe....
astaga mel... br ngeliat komen lu... maap seribu maap, walo lu mgkn jg ga inget, gw bnr2 ga ngeh ada komen ini. dl ga tlalu srius 'ngejagain' ni blog. hihihi tengs ya komennyaaaaa *basiabis ;p
ReplyDeleterajin2 mampir lg yaaa mel ;p